May 27, 2013

Kumpulan Cerpen Cinta Lengkap 2013

Advertisement/Iklan Google :

"BIARKAN AKU TETAP JADI SECRET ADMIRERMU"

“Fitra..ayok berangkat..” ucapku di depan gerbang rumah sahabatku.

“sebentar ya Tar..Fitra lagi pake sepatu..” teriak ibunya dari dalam.

Yah..lagi-lagi aku harus menunggu Fitra,bukan lagi-lagi tapi sudah yang kesekian kali. Sahabatku yang satu ini memang lama sekali mempersiapkan segala sesuatu. Mulai dari makan,memakai sepatu,apalagi mandi,huh. Namun aku tidak bisa marah,bagaimanapun juga dia adalah sahabatku dari kecil.

 

“Tari..maaf yaa..tadi aku kesiangan..” Fitra keluar dari rumah,akhirnya.

Aku menyilangkan tanganku, menatapnya dengan sinis

“emang kapan kamu gak kesiangan..hoeek..” ucapku cuek lalu berjalan duluan.

Kulihat samar,Fitra masih mematung memandangku yang menjauh.

“ayo Fitraaa..” teriakku tanpa menoleh kebelakang.

Akhirnya kami sampai di sekolah,seperti biasa aku langsung menuju ke UKS karena aku adalah wakil ketua PMR,dan ketuanya adalah Tara. Sangat kebetulan bukan,,? Nama ketua dan wakil ketua PMR SMA 12 hampir sama,untungnya wajah kita tidak sama. Tara beda jauh denganku,orangnya tidak bisa ditebak. Kadang ia terlihat segar,ceria,rapi,dan sempurna mengatur semua kegiatan kami,tapi kadang kala jika ada sesuatu yang mengganggu fikirannya,akan merubah 45 derajat dari Tara yang biasanya. Walau demikian,aku sering berbagi tentang apapun yang bisa kuceritakan padanya,meminta solusi,atau meminta bantuan memata-matai kak Jody. Anak kelas 12IPA1,yang akhir-akhir ini membuat hariku tak menentu,membuat hatiku berbunga,membuat nafsu makanku naik turun,membuatku tersenyum dan melompat girang dimanapun aku berada seperti orang gila saat membuka beranda facebook dan menemukan status terbarunya. Namun tak jarang juga membuat hatiku remuk berantakan,kecewa,dengan wajahnya yang tidak pernah tertarik 0,5 cm saja untuk tersenyum padaku,sekejap saja mata tajamnya itu melihatku,bahkan yang membuatku menangis statusnya yang telah berpacaran dengan Kak Yulia yang kelasnya bersebelahan dengan kelasku. Tara adalah orang yang kesekian yang bicara

“apasih,Kak Jody sangar gitu,yang ada kamu diterkam mentah-mentah sama dia,belom lagi ceweknya yang primitif itu..”. Namun aku tak menghiraukan,toh akhirnya Tara juga mau membantu menjadi alarmku saat Kak Jody lewat.

**

Ku rasakan udara dingin yang keluar dari airconditioner yang mulai merasuk kulitku melalui pori kecil di seragamku saat ku buka pintu UKS secara perlahan,yah..hari ini aku lupa memakai sweater yang biasanya melindungi tubuh mungilku dari kejamnya suhu didalam UKS.

“pagi Men..!!” sapaku seperti biasa.

Kulihat wajah Tara tidak bersemangat,ia tidak menoleh,bahkan membalas sapaanku. Yah,aku sudah tahu ini,pasti ada yang mengganggu fikirannya. Sudahlah lebih baik aku melakukan pekerjaanku seperti biasa. Aku meletakkan tas di sudut pintu,dan mulai mengikatkan slayer merah bertuliskan PMR di lengan kananku.

‘tok,,tok,,’ padahal baru saja aku ingin duduk,namun mau tidak mau aku harus membuka pintu UKS.

“minta kain perban dong..” ucap seseorang langsung didepan pintu,bahkan ia belum masuk ruangan. Aku ternganga melihat siapa yang ada dihadapanku saat ini.

“woy..minta perban..” aku menatap wajahnya,alisnya yang tebal,matanya yang tajam,wajahnya melukiskan ketidak sabaran. Tangan kiri orang itu memegang keningnya,dan kusadari sedikit demi sedikit cairan merah keluar dari celah tangannya. Aku tersadar,tersentak dan ternganga sebentar,karena kutahu ini sangat gawat.

“ah..kok bedarah..sssh..”ucapku pelan dan mendesah,aku dapat merasakan betapa perihnya kepala orang yang ada didepanku.

“ya makanya cepetaaan..minta perbaan..” suaranya diperlantang,ia tidak sabar mungkin lukanya semakin perih. Aku menuntunnya masuk.

“duduk sini dulu ya kak..” aku menuntunnya ke ranjang UKS. Dengan sigap aku menyiapkan semuanya,mengambil kotak P3K,membersihkan lukanya hati-hati dengan kapas basah,

“aww..” rintihnya pelan,aku tahu ini sangat perih,menyakitkan namun jika tidak ini akan jadi infeksi.

“sebentar yaa..tahan dulu..” ujarku pelan. Ia hanya mengangguk kecil.

Setelah luka itu bersih dari cairan merah menakutkan aku memberi sedikit alkohol di keningnya,lalu membubuhkan betadine dikain perban dan melekatkan di keningnya.

“udah selesai..” ujarku tersenyum sambil membersihkan kapas yang berserakan di ranjang.

“nih..tissu buat bersihin tangannya..” lanjutku menyodorkan tissu dari saku ku.

Orang itu mengambil tissu ku dan langsung beranjak keluar dari UKS. Jangankan mengucapkan terimakasih,melihatku dan tersenyumpun tidak ia lakukan padaku. Orang yang aneh. Setelah aku membersihkan semuanya,aku tersentak melihat jam ditanganku yang telah menunjukkan pukul 07.30,lebih tersentak lagi aku melihat meja di dekat lemari sudah kosong,dan Tara meninggalkanku.

“wah..habis ini pelajaran Pak Wiro..ulangan lagi..wadoooh..” aku menepuk keningku. Ku sahut tasku yang duduk manis di sudut pintu,dan berjalan tenang keluar UKS. Setelah sampai di koridor aku baru lari dan menuju kelasku,aku tahu disekolahku tidak boleh lari jika melewati koridor,namun ini terpaksa.

“maaf pak..” aku menundukkan kepala didepan pintu,ku lihat Pak Wiro sudah membagikan kertas soal.

“dari mana kamu..” tanya Pak Wiro dengan logat jawanya yang kental.

“maaf pak..tadi saya ngobatin orang dulu di UKS..” jawabku sopan.

“heh..udah kayak dokter aja kamu ngobatin orang..udah sana duduk..” Pak Wiro mengengus,beliau meremehkan jabatanku rupanya,namun tak apa,bersyukur sekali beliau masih mengijinkanku ikut ulangan. Aku langsung duduk dibangkuku,disebelah Nata.

“kamu tuh..sukur aja boleh iut ulangan..kalo enggak,emhh..muantepp deh ulangan susulan,terus dapet siraman rohani dari pak Wiro..” bisik Nata padaku. Aku tidak menghiraukan,karena aku sibuk mencari pulpenku.

“iyaa..” dengusku kesal karena bingung mencari pulpen,dan mendengar omelan Nata.

“Nata..kamu itu ngobrol terus..mau saya ambil kertas ulangannya??” ucap Pak Wiro yang melihat Nata dengan pandangan galak.

“maaf pak..” Nata menundukkan kepalanya. Ah..akhirnya pulpen itu kutemukan,ia bersembunyi di dalam kantongku rupanya. Namun tunggu dulu,pulpen ini.. mengapa berbeda dengan pulpenku? Ah .. sudahlah,lebih baik kukerjakan soal-soal mematikan ini.

****

Waktu terasa cepat,dan ini adalah jam makan siang. Seperti biasa di jam makan siang anak-anak menuju kafetaria untuk makan siang. Namun lain denganku dan anggota PMR lainnya,kami terpaksa makan siang di UKS karena setelahnya kami harus rapat. Entahlah..apa yang Tara rencanakan,padahal akhir-akhir ini tidak ada anak sakit yang tidak kami tampung,tidak ada obat-obatan yang habis,tidak ada event-event penting lainnya,dan aku pun tidak diberi tahu.

“kita makan dulu..baru rapat..” ucap Tara singkat dan duduk di kursinya. Ia membolak-balik buku polio yang ada didepannya,beberapa dari kami ada yang ngobrol namun samar-samar. Mereka tahu Tara sedang tidak enak,dan mereka tidak ingin mencari masalah.

“dek..ini makan siangnya..” dua orang pelayan kafetaria membawa 12 kotak sterofoam.

“makasih ya mbak..” ujar Tara lalu diikuti yang lainnya. Kami makan,namun Tara tidak. Ia hanya tersenyum kecil melihat kami yang asyik makan.

“aku rasa kita bisa mulai rapatnya sekarang..” ucap Tara pelan setelah kami selesai makan. Kami asyik berbincang,di rapat ini membahas tentang mading PMR,program baru yang muncul di ide Tara sejak tadi pagi. Masing-masing dari kami diminta untuk memberi ide topik terbitan pertama mading,dan akan dibahas minggu depan. Aku bingung apa yang akan ku usulkan. ‘low imajination,low inspiration’.

****

Aku termenung di pinggir kolam dekat ruang musik. Samar-samar kumendengar alunan indah yang menyejukkan hati dari dalam ruangan. Aku berjalan mengendap menuju belakang ruangan musik. Berharap-harap ada sedikit celah jendela atau gorden yang terbuka dan bisa melihat siapa pelantun alunan indah itu.

“ah..kebuka sedikit..yess..” bisikku. Mata kananku menyipit perlahan mendekati kaca bening yang melapisi jendela persegi panjang di ruang musik. ‘’kriiinggg..!!’’ ah..bel itu..mau tidak mau aku harus beranjak pergi dari tempat tenang ini,dan memasuki kandang singa milik Pak Edward.

“ah..dikit lagiii...!!” aku mengepalkan tangan kanan lalu menonjokkan ke telapak tangan kiriku,dan rasanya lumayan. Aku penasaran siapa yang memainkan alunan itu. Setahu ku,di SMA ini hanya ada 2 pemain piano yang hebat,sepasang kekasih Rangga dan Tara. Tapi rasanya tidak mungkin jika yang memainkan piano tadi itu adalah Tara dan Rangga,karena saat aku merenung di pinggir kolam,mereka sedang asyik bebincang di depan perpustakaan. Namun permainan piano tadi sama indahnya dengan alunan piano yang dimainkan Rangga dan Tara. Ah sudahlah..aku tidak perlu memikirkan hal itu.

“eh..Tari..kamu mungkin gak percaya apa yang aku bilang..” Fitra menghancurkan fikiranku.

“apaan sih Tra..” aku kesal,selain ia menghancurkan fikiranku,ia juga telah membuat jantungku lompat tak karuan. “Kak Yulia sama Kak Jody putuss..” Fitra berucap yakin dengan suara lantang. Aku langsung membungkam mulutnya dengan cepat.

“kamuu..” aku menariknya ke tengah taman dengan tangan yang masih membungkam mulutnya.

“kamu tu lhoo..ntar pada tauu..” ujarku kesal. Hanya beberapa orang yang tahu aku menyukai Kak Jody.

“Kak Yulia sama Kak Jody udah putus..” bisik Fitra hati-hati,sambil melirik kanan kiri.

“kok bisa..” tanyaku. Fitra hanya mengangkat bahu. Aku tidak tersenyum,bukan karena sedih. Aku tidak tertegun karena kaget,aku bingung apa yang harus kulakukan.

“kamu seneng..” tanya Fitra,matanya menatapku tanpa ekspresi. Aku hanya menggeleng.

“kamu sedih ya..” tebak Fitra,kini matanya menyipit karena senyum lebarnya. Aku menjawab dengan isyarat yang sama.

“kalo kamu gak seneng dan gak sedih..terus kamu ngapain..” Fitra mengernyitkan dahi,menatap penasaran ke wajahku yang tidak berekspresi.

“gak tau ah..” aku meninggalkannya sendiri di tengah taman.

Aku bingung,lagi-lagi aku bingung apa yang harusnya kurasakan. Seharusnya,selayaknya,seorang secret admirer sepertiku tidak pernah memikirkan perasaan saat melihat orang yang dikagumi memiliki kekasih,atau yang lainnya. Karena aku hanya secret admirer .

****

Waktu benar-benar lari meninggalkan hari yang lalu. Aku teringat tentang alunan indah dari ruang musik. Aku kembali menuju ke ruang musik,seperti yang kulakukan 2 hari yang lalu. Namun bedanya kali ini aku tidak akan membuang waktuku untuk termenung di pinggir kolam,aku akan langsung menuju jendela belakang,dengan harapan yang sama dengan 2 hari yang lalu. Aku dapat mendengar alunan indah itu,jelas,jelas,makin jelas,dan semakin jelas. Karena perlahan aku sudah mendekati jendela belakang,yang aku impi-impikan untuk terbuka. Jendela impianku itu terbuka lebar,aku dapat melongokkan kepalaku masuk kedalam ruangan musik. Namun kendalanya pemain piano itu menghadap ke pintu luar,yang jendelanya tertutup rapat tanpa celah sedikitpun. Siapa dia.. Alunan pianonya mampu membuat leherku dingin,tubuhku merinding,fikiranku terhipnotis,mataku terpejam,jantungku melayang ke udara,dan aku mati rasa disini. Aku tidak dapat melihat apapun selain pemain piano misterus itu.

“Apa aku harus menunggu sampai ia selesai bermain piano?? Ah..bodohnya aku..” gumamku dalam hati.

Alunan indah itu tiba-tiba hilang,dan semua kembali seperti sedia kala. Kulihat pemain piano misterius itu keluar dari ruang musik. Aku berlari keluar,mencegatnya dari arah berlawanan. Aku terlalu tergesa tidak melihat sekeliling,dan alhasil aku tersandung dan terjatuh. Aku memejamkan mata,berharap rasa sakit karena jatuhku ini tidak kurasakan,namun yang terjadi sekarang,aku tidak merasakan sakit,aku merasa aku terjatuh di sofa atau bahkan ini kasur yang empuk.

“aah..” aku mendengar rintihan dibawahku. Perlahan kubuka mata,betapa kagetnya. Ternyata aku adalah orang yang kejam,aku nyaman diatas penderitaan orang lain. Ternyata aku mendorong seseorang,bukan mendorong tapi menghempaskan tubuh seseorang ke lantai saat aku tersandung.

Buru-buru aku beranjak dari tubuh orang itu. Aku mengulurkan tangan bermaksud untuk membantunya berdiri, “maaf ya Kak Jody..” aku tidak berani menatap wajahnya. Jantung ini lompat entah kemana. Ah,mungkin dia bisa mendengar degupan jantungku yang ingin keluar dari tempatnya.

“anterin ke UKS..” ucapnya cuek.

“ehmm..ayo kak..” aku menunduk gugup,lalu berjalan duluan.

Aku sudah melangkah sedikit jauh dari ruang musik,namun aku tidak merasakan Kak Jody mengikutiku. Aku menoleh kebelakang, kulihat Kak Jody menatapku dengan tatapan geram,ia menaik turunkan telunjuknya sebagai tanda ia menyuruhku mendekat.

“iya Kak..katanya mau ke UKS..” ujarku pelan,aku sedikit berani menatap wajah dinginnya,alis tebalnya,dan mata tajamnya. Aku menangkap sekilas matanya bertemu dengan mataku yang sayu menatapnya.

“emang kamu pikir ga sakit apa..digendong kek..diapain kek..gak tanggung jawab banget sih..” ucapnya cuek. Mataku menatap nanar ke ruang UKS yang ada di seberang koridor 2,dan sekarang aku dan kak Jody ada di koridor 1. Apa dia tega?

“ma..maksudnya aku disuruh gendong kakak..” ucapku pelan.

“gendong?” ia mengernyitkan dahi,matanya tajamnya memelototiku.

“hahahahaaaa..” mendadak ia tertawa,matanya menatapku. Apa yang harus kulakukan,apa aku harus menangis karena jantungku ini tidak bisa diam? Apa aku harus lari dari sini? Apa aku harus menekan hidungku menjadi hidung babi seperti yang dilakukan Go Mi Nam di filmnya? Apa yang harus kulakukaaaan..

“yah seenggaknya di gandeng kek..apa di papah gitu..” Kak Jody menghentikan tawanya. Tanpa kata aku memberanikan diri memegang tangannya dan menggandengnya ke UKS.

“pasti aku mimpi..ini pasti bukan kak Jody..mana mungkin aku berani pegang tangannya..gak..gak mungkin..” aku meyakinkan diri dari dalam hati. Aku tertunduk sambil menggandeng orang di sebelahku ini.

“duduk dulu yaa..” aku merebahkannya duduk di ranjang UKS.

“mana yang sakit kak..” tanyaku.

“hatiku..” ujarnya. Ah..ia pasti bercanda.

“udah lah kak..gak usah becanda..mana yang sakit..” tanyaku.

“iya.. hatiku yang sakit..” ia mengulangi perkataannya.

“eh..hmm..” aku bingung apa yang harus ku katakan. Aku ingat-ingat lagi kalau Kak Jody baru putus dengan Kak Yulia.

“ah..udah lupain ajaa..” ucapnya membuyarkan fikiranku.

“oh iya..ini..” ucapnya sambil menyerahkan pulpen dan sebungkus tissue yang bungkusnya sudah terbuka.

“ini..” tanyaku

“ini punya kamu kan..waktu itu ketuker sama pulpenku.. hmm..ngomong-ngomong makasih yaa..buat 2 hari yang lalu..nih lukanya udah agak mendingan..” ia menggaruk kepalanya dan menyerahkan 2 benda itu padaku.

“iya makasih..” aku menerima 2 benda itu.

“aku tau..kamu yang ngintipin aku maen piano 2 hari yang lalu..tadi juga iya..” ucapannya yang singkat itu membuatku ternganga,kaget,dan malu. Ternyata alunan piano indah itu dari tangan Kak Jody.

****

fikiranku melayang menuju 2 hari yang lalu. Aku mengobati luka dikepalanya. Lalu pelajaran Pak Wiro,aku mendengar alunan piano yang merdu,mendengar berita hubungan Kak Jody dari Fitra,,dan..ah aku lupa. Semua gelap,gelap,. Aku merasa sebuah tangan telah menampar pipiku pelan.

“Tari..” suaranya tidak asing,aku ingat lagi itu adalah suara Kak Jody,perlahan aku membuka mata. “Tari..bangun..jangan tangisi aku lagi..jangan harapkan aku lagi..kita udah berbeda..” ucapnya di depanku. “Kak..tapi..” aku belum selesai bicara. Ia sudah jalan duluan. Aku mengikutinya,ia duduk di bangku,namun tempat ini asing,sangat asing bagiku.

“kak..” aku menyapa Kak Jody yang pandangannya kosong. Ia tidak menjawab,ia hanya tersenyum kecil padaku. “kak..aku mau ngomong..” ucapku pelan.

“apa..”

“aku suka sama kakak..” aku ragu,namun rasanya hatiku..hatiku tak bisa menahan

“ulangi..”

“aku suka kakak..aku sayang kakak,..”

“gak bisa..aku harus pergi,kamu buang semua rasa itu..kita udah berbedaa..” ia akhirnya menjawab.

“tapi aku suka kakak..” aku tetapp pada ucapanku

“tapi aku harus pergi..”

“iya..kakak mau ngelanjutin sekolah ke mana.. ke jakarta? Bandung? Kalimantan? Amerika?” tanyaku panjang lebar,siapa tau aku bisa mendesak ayah menyekolahkanku bersama Kak Jody.

“lebih jauh dari itu..”

Aku ternganga,diam tanpa kata.

“sebentar lagi aku di jemput..”

“sama siapa..” aku tidak berekspresi.

Ia menunjuk sesosok orang asing yang berjalan menghampiri kami.

“Tari..kamu pulang aja..jangan ikutin aku,jalan kamu masih panjang..” begitulah katanya sebelum pergi.

“tapi kak.. ijinin aku untuk tetep jadi orang sayang sama kakak..”

Ia berbalik dan mematung di depanku. “aku gak mau kamu sakit hati..” ucapnya dengan nada datar.

“kalo gitu ijinin aku untuk tetep jadi secret admirer kakak..dan kakak gak perlu fikirin perasaanku..” aku memohon,badanku ini terjatuh pasrah. Rasanya tulang-tulang kakiku patah semua sehingga tidak mampu menahan badanku dan membiarkan badanku jatuh ke tanah. Tanpa terasa butiran air mulai keluar dari sungai di sudut mataku. Aku berharap Kak Jody menjawab satu kata ‘iya..’. mataku menatapnya nanar,penuh harapan.

Kak Jody mendekatiku yang tertunduk pasrah,tangannya memegang pundakku.

“iya Tari..” katanya dengan suara lembut.

“dan sekarang aku harus pergi..kamu pulang yaa..” lanjutnya.

Aku tersenyum mendengar ucapannya, “tapi kak..gimana aku mau pulang..ini dimana..aku gak tau” tanyaku polos. Ia mengangkat bahu,lalu pergi dengan penjemputnya. Hati ini lega melepasnya,namun ada rasa sesak,sangat sesak yang memenuhi rongga paru-paruku. Aku sulit bernafas. Pandanganku kembali gelap.

****

Perlahan aku mencium aroma alkohol menyeruak masuk hidungku. Perlahan kubuka mataku,sangat berat rasanya. Ku putar bola mataku untuk meliat segala arah,aku berada di ruangan kotak,putih,dan suhunya lumayan dingin,namun badanku hangat karena selembar selimut tebal ada di badanku. Namun sepertinya ini bukan di UKS. Aku tidak melihat kak Jody,aku tidak melihat lemari krem dengan meja di sebelahnya. Dimana aku..?

“tari..” ucap seseorang dari samping. Aku meliriknya,ada Fitra dan Tara. Namun aku tak bisa menjawab sapaan mereka,lidah ini kelu,mulut ini berat untuk bergerak,bahkan pitah suaraku seperti terkunci. Tara lari keluar,sepertinya ia berteriak,

“dokteer..dokteer..” aku dapat mendengarnya samar. Dokter,berarti aku ada dirumah sakit,,? Ada apa denganku.

Lalu seorang perempuan berjas putih yang tingginya kira-kira 170cm masuk dan mulai memeriksaku dengan stetoskop yang terkalung di lehernya,dan suster memeriksa tekanan darahku dengan tencimeter.

“kenapa dia jadi gini dok..” tanya Tara

“hmm..detak jantungnya normal,tensinya normal..mungkin dia masih syok.. nanti jam 6 boleh pulang..” dokter itu meninggalkan kami. Aku melihat jam dinding yang ada di depanku,sekarang jam 05.30,tapi langit masih gelap. Ini jam setengah enam sorekah..tapi mengapa langitnya seperti itu,

“ini jam berapa..” dengan suara bergetar,kupaksakan diri untuk menggerakkan mulutku.

“setengah enam pagi..”

“hari apa..” mulutku sudah lumayan bisa tanpa dipaksakan

“Jum’at..”

Seingatku percakapanku dengan Kak Jody di UKS pada hari Kamis. Ada apa sebenarnya. Aku diam mengingat-ingat apa yang terjadi sebelumnya. Aku bingung.

****

30 menit aku mencoba mengingat semuanya,tapi sia-sia. dan sekarang adalah saatnya aku untuk pulang. Kenapa dirumah tidak ada orang..?? Setelah ku ingat-ingat,kedua orangtua serta adik-adikku sedang ke Surabaya untuk menghadiri hajatan paman.

“ada apasih sebenernya..” aku menatap bingung pada Fitra dan Tara yang menemaniku dalam sepinya rumah ini.

“kamu beneran lupa?” tanya Tara,sepertinya ia tidak yakin denganku.

“emang ada apa..” tanyaku lagi. Jujur aku sangat bingung. Ditambah lagi dengan sikap mereka berdua,dan kini hatiku mulai membatin yang tidak-tidak. Segala sesuatu negatif muncul di benakku.

“hmm....” Fitra menggeleng takut,aku yakin ia menutupi sesuatu,mengapa ia tidak mau menceritakannya padaku.

“mungkin Tara bisa bantu..” lanjutnya

“tar..” Aku menatap Tara,dan ia justru menatapku balik,lalu menatap Fitra.

“okeey..hmm..ku harap kamu bisa kuat dengernya..” akhirnya Tara mau juga menceritakan padaku.

“Kak Jody..putus sama Kak Yulia..” ucapnya hati-hati.

“ah..kalo itu aku udah tau..” balasku yakin.

“tapi..dia gak trima..”

Aku terdiam sejenak,mengingat apa yang Kak Jody katakan di UKS bahwa hatinya sakit.

“kamu gak inget yang selanjutnya?” tanya Tara.

“yah kalo aku inget aku gak bakal tanya kamu..” aku ketus,bagaimana tidak.. Tara mencoba mengajakku bermain teka-teki,tentang Kak Jody. Itu sangat membuatku tak sabar.

“kemaren,kak jody balapan..dia kabur dari sekolah habis putus dari Kak Yulia..dia gak liat jalan,,dia nabrak pohon di ujung jalan,dia jatuh..dan dia gak pake helm..kepalnya ketimpa stang motor..teruss di bawa kerumah sakit.. tapi..” Tara sepertinya kehabisan kata.

“tapi,sampe di sana dia kehabisan darah..ternyata..dia .. dia..” Fitra juga menghentikan ucapannya. Aku mulai mengerti,dan menangis.

“dia meninggal di perjalanan..dan kemaren Fitra kasih tau kamu..terakhir-terakhirnya kamu malah pingsan..baru bangun tadi..padahal kamu samasekali gak nangis..gak kayak Kak Yulia yang nangis kayak orang kesurupan..” Tara menyelipkan sedikit canda disela ceritanya aku tahu ia ingin menghiburku. Namun bibir ini sulit tersenyum bahkan tertawa. Aku tak percaya apa yang kualami kemarin,jadi siapa yang ku tabrak? Siapa yang bermain piano? Siapa yang berbincang denganku di UKS? Siapaa..?

“udahlah..Tari,sekarang yang harusnya kamu lakuin Cuma berdoa buat dia.. biar tenang disana..” Fitra mengusap lembut punggungku. Ia dan Tara merangkulku.

“makasih ya..kalian udah mau nemenin aku disaat-saat kayak gini..makasih karena udah sabar dengerin cerita-ceriata konyolku tentang Kak Jody..” aku menangis. Aku belum percaya dengan perginya Kak Jody. Hati ini ingin remuk,namun karena hadirnya 2 malaikat di sampingku aku merasa kuat.

****

Aku meminta pada 2 sahabatku untuk mengantarkanku ke pusaran Kak Jody. Bunga-bunga segar masih tertabur diatasnya. Kupastikan lagi dengan melihat batu nisannya,bertuliskan ‘Satriawan Jody’. Ini ..ini rumah baru Kak Jody. Ia sendiri di bawah sana. Air mata keluar lagi dari pelupuk mataku.

Aku menatap kedua sahabatku yang ada di belakangku “ini kak Jody?” tanyaku pelan. “kamu yang sabar ya..” Tara mengusap pundakku,matanya berkaca-kaca. Aku tau ia mengerti apa yang kurasakan.

“aku ..hmm..aku sabar kok..” aku mencoba tersenyum pada mereka.

“yuk pulang..” Fitra menggandeng tanganku,menarikku pergi dari rumah baru Kak Jody.

Namun sebelumnya aku berpamitan pada Kak Jody. “kak..aku pulang ya..”

Fitra dan Tara menatapku kasihan. Kata-kata terakhir kak Jody kembali terngiang di telingaku.

“Kak Jody aku ijinin kamu pergi dari sini.. makasih ya..udah kasih aku kesempatan untuk tetep jadi secret admirermu..makasih banget,,gak usah fikirin perasaanku..aku Cuma secret admirer..”

Langkahku semakin jauh,jauh,dan sangat jauh dari Kak Jody.

Selamat jalan Kak Jody.. biarkan aku tetap jadi secret admirermu..

~~TAMAT~~